Sunday, 26 June 2011

Nukilan untuk Ayah (setelah 2 tahun Ayah dijemput pergi)





Ayah
Dalam sibuk ulang pergi meniti hari
Ada kala lubuk hati tanya sendiri
Adakah aku masih dibuai mimpi
Puas ku yakini esok kau takkan kembali


Ayah
Sekujur jasad tanpa suara hela nafas tersisa
Ku di sisi damba renungmu walau sekilas mata
Airmata tak bisa kembali segala senyum mesra
Tak tergambar perit sakit angkara insan alpa
Tanggung pedih bekal sisa kudrat yang ada
Kudrat dulu tabur bakti pertahan nusa bangsa
Kudrat dulu tabur budi bendang ladang dibaja
Pasrah ku padaNya agar derita tak lama
Pergimu tinggal semua dengan redha dan airmata


Ayah
Kau ajarku erti pengorbanan dan keikhlasan
Kau tunjukkanku nilai kesabaran dalam keberanian
Kau hulurkan kasih tanpa beza dan sempadan
Kau bimbingku agar senang dalam kesusahan
Kau beri setulusnya tanpa tagih sekelumit balasan
Kau bekalkanku keyakinan demi sebuah ketaqwaan


Ayah
Namun masih jauh kugapai sifat mahmudahmu
Apa lagi untuk diri dangkal ini saingimu
Senyum tawa tak bisa lekang hingga akhir usia
Senda jenaka anak cucu terbuai ceria
Manis bersahaja walau kalanya jiwa terluka
Hati terguris kau pendam tanpa secalit dendam
Darjat dan maruah keluarga kau angkat julang
Pertahan jiwa raga asal segala sentosa


Aku
Tersentak dari alpa mengejar nikmat sementara
Selimut putih tak tunggu usia dan masa
Gumpalan sedih hati dan airmata tak kembalinya
Tak duga semuanya sekelip mata
Sering yakini esok masih ada untuk segala
Terpinga kenang masih banyak dosa padanya


Aku
Terampunkah silap derhaka
Sering terlanjur kata tidak atau sengaja
Banyak harus kutebus tapi bagaimana
Tahu tiada kau simpan semua di dada
Masih sayu kenang sabar tenangmu dari riak mata
Terbalaskah segala korban tabah usaha
Tak mungkin cukup walau dunia kuberi segala
Harusnya dulu hargai sepenuh sebelum tiada
Cari ampunnya demi keampunanNya


Aku
Ditimang tatang penyeri keluarga yang diundang
Dibangga hasil usaha keringat tenaga buka mata mereka
Dirindu ketika jauh terpisah antara benua cari bekal di dada
Dibilang harapan penyambung waris agar terus bertapak
Didoa direstu daki tangga ke menara tanpa damba balasnya
Diharap hulur doa soleh bekal damai sentosa di alam sana


Kini
Tercapai aku apa yang diimpi namun tanpa izin masa
Ayah pergi tak saksi di saat kukecap semuanya
Walau sebaris kata berita gembira tak sempat kukhabar


Kini
Aku jauh lagi di lain benua asing walau sedikit beza
Tinggalkan pusara Ayah jauh di bumi tanah tumpah
Walau sehari tak pernah lekang dan luput ingat padamu


Aku
Bangun jangan terus diulit senang hadir hanya sekelip
Syukur nikmatNya buang alpa hias dunia tak ke mana
Istiqamah titip doa bingkisan buat bekal Ayah di sana
Tiada putus doa soleh tiada pisah halang itu janjiNya
Ingat kau ada zuriat dan kau akan ke sana bila tiba masa
Apa yang kau beri kini itu yang kau dapat nanti


Ayah
Semoga rahmat yang Esa balas luhur sifatmu
Agung jasamu bukan sekadar satu dalam sejuta
Terus kucuba baik silap salah dalam lemah diri ini
Tak dapat warisi muliamu tapi harus ku jejak teladan
Ya Allah, ampunkan aku dan terimalah doaku
Ya Allah, ampunkan Ayahku dan tempatkannya di syurga selamanya .....


Zulkefli Haji Mohamed Noor
Manchester
26 Jun 2011


Wednesday, 22 June 2011

Mana Milik Kita - Rabbani


Di sebalik lirik yang ringkas, jelas dan mudah difahami ini, tersirat maksud yang sangat mendalam untuk kita hayati - tiada apa yang nak kita banggakan dengan kehidupan yang sementara ini ...
 

Mana milik kita
Tidak ada milik kita
Semua yang ada
Allah yang punya

Tidak ada kita punya
Kita hanya mengusahakan saja
Apa yang kita dapat
Allah sudah sediakannya

Kita Allah punya
Bumi langit ciptaan-Nya

Miliklah apa saja
Tidak terlepas dari ciptaan-Nya

Mana kita punya
Tidak ada kepunyaan kita

Kita hanya mengusahakan
Apa yang telah ada

Mengapa kita sombong
Memiliki Allah punya

Mengapa tidak malu
Kepada Allah yang empunya

Patut bersyukur kepada Allah
Yang memberi segalanya

Malulah kepada Allah
Kerana milik Ia punya

Janganlah berbangga
Apa yang ada pada kita
Kalau Allah tidak beri
Kita tidak punya apa-apa

Janganlah mengungkit
Mengungkit jasa kita
Jasa kita di sisi-Nya
Yang sebenarnya Allah punya

Marilah kita bersyukur
Bukan berbangga

Bersyukur kepada Allah
Bukan mengungkit jasa

Gunakanlah nikmat Allah itu
Untuk khidmat kepada-Nya
Selepas itu lupakan saja
Agar tidak mengungkit-ungkitnya

Tuesday, 21 June 2011

Happy 8th Birthday My Son

Today, Hariz Adam, my eldest son turns to 8. I still can vividly remember, 8 years ago, the day when Adam came to our lives. The moment when I moved to another big chapter in my life - as Ayah, who has to be fully responsible and answerable on everything about my son. The time  that made me really amazed how great is Allah, among others, in creating another human being - Subhanallah.

I just couldn't thank enough my wife who has gone through a lot of difficulties during pregnancy until the day when Adam was born. Still clear in my mind, how happy she was with a big smile, seems like all the pain diminished right away, when looking at our first son with his innocent small eyes staring at us.

Today, 8 years have passed since Adam came to this world. We were so happy that we managed to find a brilliant birthday card (at Lowry Mall, Salford Quay) - Adam's favourite English football team. As expected he loves the card so much.
          

For birthday treat, he requested for sushi, so we took him to Yo! Sushi, our favourite sushi restaurant at Manchester Arndale. As for birthday present, we have yet to buy him the present - latest Chelsea 2011/2012 jersey that we will buy during our visit to Stamford Bridge next month.

Dear Adam, "On a special day like this, we just want you to know that it is really awesome to have such a lovely and obedient son like you. Have a wonderful birthday son" - Lots of love from Ayah & Mama.

"Ya Allah ! Jadikanlah anak-anak kami anak yang soleh yang dapat mendoakan kebaikan kami di dunia dan Akhirat, Amin"



Monday, 20 June 2011

Happy Father's Day

Yesterday, 19 June 2011 was a Father's Day. I received two lovely cards from my boys - Adam and Adli. I noticed that on Friday, while we were walking back from school, both of them were talking to each other that the Father's Day would be on Sunday. They hinted me that there will be a surprise that I will only know on Sunday.  I was literally aware that even at home, they were whispering to each other about that too, can't wait to reveal their 'BIG secret', perhaps haha..... I was just pretending as if I got no idea on what is gonna happen.

At the end, on Sunday after I came back from a dialogue session at the British Muslim Heritage Centre, the well kept BIG secret was finally revealed. Each of them handed me a lovely card that was prepared at school. Thanks sons for the lovely card..!!! Thanks for the effort and more importantly the thought - "I will try the best that I could to be the best Ayah for both of you, sons".


Card from Hariz Adam. The rationale why he chose blue colour is because "Ayah likes Manchester City team."


Card from Hariz Adli. His justification on the colour, red - "Because Ayah's favourite colour is red".



Looking to these cards reminds me to my Ayah. Happy Father's Day, Ayah. You are the best Ayah for me. Really feel that I have never thanked you enough when you were around. At this moment, neither card nor present that I can give you now, Ayah. But deep in my heart I know that, I would be able to give a lot more than all these. Something that money can't buy, something that more than the world, something that you are hoping for that will be directly delivered to you and will last forever - 'doa anak yang soleh'.

"Ya Allah, ampunkanlah dosa Ayahku. Kasihanilah Ayahku sebagaimana Ayahku telah mengasihani aku sewaktu aku kecil dahulu. Himpunkanlah roh Ayahku bersama roh-roh orang yang beriman dan bertaqwa. Jauhilah Ayahku daripada siksaan kubur dan azab api neraka. Luaskanlah kubur Ayahku seluasnya taman-taman di Syurga dan di Akhirat nanti masukkanlah Ayahku dalam Syurga bersama mereka yang soleh, Amin".



~Zul
Manchester